Kamis, 21 November 2013

laporan hasi baca buku akhak tasawuf


Laporan Hasil Baca Buku
Akhlak Tasawuf

Drs. H. A. Mustofa


Faisal Abdul Aziz
KPI 1 C
111305100012


KATA PENGANTAR
Rasa syukur patut penulis ucapkan karena rahmat Allah SWT yang begitu banyak  sehingga laporan hasil baca buku ini dapat penulis selesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya. Salawat serta salam tak lupa kita berikan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah menuntun kita menuju zaman yang penuh dengan ilmu ini.
Berikut ini merupakan laporan dari buku Akhlak Tasawuf karya Drs. H. A Mustofa yang telah dibaca seluruhnya dan dipahami oleh penulis yang kemudian dituliskan dalam bentuk yang lebih ringkas dan padat. Penulis menyadari bahwa laporan ini jauh dari kata sempurna baik dari segi bentuk penyusunannya ataupun secara keseluruhannya. Apabila terdapat salah penulisan dalam laporan ini, maka penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya karena  penulis yang juga masih dalam tahap belajar.
Dengan demikian, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada orang tua, kakak-kakak senior, teman-teman dari kelas KPI 1 C,  dan semua pihak yang telah memberi dukungan dan terlibat dalam terselesaikannya penulisan laporan ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih untuk para pembaca yang telah mempelajari hasil penelitian  ini. Semoga hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat yang baik untuk kita semua.





Jakarta, 4 November 2013





               Penulis



PENDAHULUAN

Latar Belakang
           
            Allah SWT telah menciptakan makhluk yang sempurna  yaitu manusia, mereka diciptakan dengan akal pikiran yang digunakan untuk berpikir dan membedakan mana yang benar, mana yang salah, mana yang harus dikerjakan dan mana yang harus ditinggalkan. Berbeda dengan makhluk-makhluk lainnya seperti hewan yang diciptakan tidak dengan akal, mereka hanya menggunakan nafsu untuk melakukan sesuatu, dan juga tumbuhan yang tidak dapat bergerak secara aktif dalam melangsungkan kehidupannya.
            Seperti firman Allah dalam surat Al Baqarah ayat 30 yang berarti “Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Aku hendak menjadikan Khalifah di bumi.” Mereka berkata, “Apakah engkau hendak menjadikan orang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan dan menyucikan nama-Mu?” Dia berfirman, “Sungguh Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” Dari wahyu tersebut, dapat dipahami bahwa manusia merupakan makhluk yang diciptakan oleh Allah SWT untuk menjadi seorang khalifah di muka bumi dan sebagai seorang khalifah, tentunya mereka harus dibekali dengan perbuatan yang baik.
            Ini adalah salah satu alasan penulis meringkas buku ini sebagai acuan bagi penulis dan juga pembaca untuk memahami makna akhlak yang sesungguhnya, dan juga dapat mempelajari bagaimana cara mendekatkan diri kepada Allah SWT melalui ilmu tasawuf.

Tujuan Penulisan
            Selain untuk melengkapi nilai mata kuliah akhlak tasawuf sebagai nilai dari Ujian Tengah Semester (UTS), penulis juga bertujuan untuk lebih memahami makna dari akhlak dan juga mempelajari ilmu tasawuf mengenai cara atau metode untuk berperilaku sholeh untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT.



Pentingnya Membuat Laporan
            Pentingnya membuat laporan hasil bacaan adalah sehingga kami bisa mengerti lebih dalam dalam memahami buku ini.Apabila suatu ketika ada hal yang mengharuskan kita berbicara seputar akhlak maka kita dapat menjadikan laporan hasil bacaan ini sebagai referensi kita.

Menariknya Buku Ini
            Buku ini sangat cocok untuk kalangan mahasiswa, karena didalamnya membahas ilmu ilmu yang sesuai dengan kejadian kejadian yang dialami mahasiswa pada saat ini.Sehingga membantu mahasiswa dalam berakhlak dalam kehidupan sehari.
POKOK-POKOK ISI BUKU
BAGIAN 1 AKHLAK
BAB I
Pengertian Akhlak

            Secara Etimologi (bahasa), Aklhak berarti budi pekerti, perilaku, atau tabiat seseorang. Kata “Akhlak” sendiri berasal dari bahasa Arab yang merupakan jamak dari “Khuluqun”. Imam Al-Ghazali berpendapat bahwa Akhalk ialah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa yag daripadanya timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah, dengan tidak memerlukan pertimbangan pikiran (lebih dahulu)”. Istilah lain yang sering digunakan di sampan kata akhlak ialah etika. Etika berasal dari bahasa Yunani yaitu “Ethos” yang berarti adat kebiasaan. Sementara pengertian etika menurut filsafat ialah ilmu yang menyelidiki mana yang baik dan mana yang buruk denganmemperhatikan amal perbuatan manusiasejauh yang dapat diketahui oleh akal pikiran. Dari beberapa pengertian di atas, dapat dipungkiri bahwa akhlak adalah tabiat atau sifat seseorang,yang mana, pada diri seseorang memiliki bermacam-macam sifat yang tertanam dalam jiwa seseorang.ada tiga macam sifat yang tertera dalam jiwa seseorang, diantaranya:
1.       Marah
2.      Sedih
3.      Bahagia
Itu semua termasuk sifat yang dimiliki seseorang, untuk mencapai suatu perasaan dalam sifat menjadi menarik.
Adapun orang yang berakhlak semata-mata karena ketakwaan kepada Tuhan dapat menghasilkan kebahagiaan, antara lain:
1.      Mendapat tempat yang baik di dalam masyarakat
2.      Akan disenangi orang dalam pergaulan
3.      Akan dapat terpelihara dari hukuman yang sifatnya manusiawi dan sebagai makhluk yang diciptakan oleh Tuhan
4.      Orang yang bertakwa dan berakhlak mendapat pertolongan dan kemudahan dalam memperoleh keluhuran, kecukupan dan sebutan yang baik
5.      Jasa   manusia   yang berakhlak mendapat perlindungan dari segala  ancaman, penderitaan dan kesukaran

Orang yang berakhlak akan mendapatkan Irsyad, taufiq dan hidayah. Apa pengertian dari 3 hal tersebut?
·         Irsyad        : Dapat membedakan antara amal yang baik dan amal yang buruk
·         Taufiq        : Perbuatan sesuai dengan tuntunan Rasulullah SAW dan dengan akal  yang sehat
·         Hidayah     : Gemar melakukan yang baik dan terpuji sertamenghindari yang buruk
dantercela

BAB II
Garis Besar Perkembangan Pemikiran Akhlak

ü  Akhlak Periode Yunani
Menurut ahli-ahli filsafat Yunani, bahwa melakukan perbuatan baik ialah pengetahuan atau kebijaksanaan. Sedang menurut agama Nasrani bahwa melakukan perbuatan baik ialah cinta kepada Allah dan beriman kepada-Nya.
ü  Akhlak Periode Abad Pertengahan
Para ahli filsafat yang lahir pada masa ini filsafatnya berupa campuran dari ajaran Yunani dan ajaran Nasrani. Di antara mereka yang termasyhur adalah Abelard. Ia adalah seorang ahli filsafat Prancis dan juga Thomas Aquinas, ahli filsafat dari bangsa Itali.
ü  Akhlak Periode Bangsa Arab
Tidak banyak dari bangsa Arab yang menyelidiki akhlak berdasar ilmu pengetahuan karena mereka telah merasa puas mengambil akhlak dari agama dan tidak merasa butuh kepada penyelidikan ilmiah mengenai dasar baik dan buruk.  Sebagian besar dari mereka berpendapat bahwa agama menjadi dasar buku-buku yang ditulis dalam akhlak seperti yang terdapat pada buku Al-Ghazali dan Al-Mawardi.
ü  Akhlak Periode Arab Modern
                    I.            Ahli filsafat Prancis yaitu Descartes pada masa ini telah menciptakan dasar-dasar baru di antaranya:
 Tidak menerima hal-hal yang belum diperiksa oleh akal
                  II.            Dalam penyelidikan harus berawal dari hal yang mudah lalu meningkat ke yang lebih
sulit untuk mencapai tujuan
III.      Menetapkan sesuatu hukum bukan kepada kebenaran, tetapi harus terdapat ujian didalamnya

BAB III
Baik dan Buruk

Dalam ilmu akhlak kita berjumpa dengan istilah benar, salah, baik dan buruk. Berikut pengertiannya:
1.      Benar  dan Salah
Pengetian Benar menurut etika ialah hal-hal yang sesuai/cocok dengan peraturan-peraturan. Sementara pengertian salah menurut Etika ialah hal-hal yang tidak sesuai dengan peraturan-peraturan yang berlaku.
2.      Baik dan Buruk
Pengertian baik menurut etika ialah sesuatu yang berharga untuk sesuatu tujuan. Sementara yang buruk ialah sesuatu yang menyebabkan tidak tercapainya suatu tujuan.

Ukuran baik dan buruk dapat dilihat dari pengaruh adat kebiasaan, pada suatu waktu orang berpendapat bahwa baik itu ialah yang sesuai dengan adat istiadat dan buruk itu apa yang menyalahinya.Pada masa sekarang manusia dapat membenarkan adat-istiadat semacam itu dan bahkan mengingkarinya. Bila adat istiadat itu banyak salahnya, maka ukuran baik tidak terlihat adanya kebaikan, akan tetapi hanya keburukan yang dihasilkan.

BAB IV
Aspek-Aspek yang Mempengaruhi Bentuk Akhlak

1.      Insting
Menurut James, insting ialah suatu alat yang dapat menimbulkan perbuatanyang menyampaikan pada tujuan dengan berpikirlebih dahulu kearah tujuan itu dan tidak didahului oleh perantara untuk melakukan perbuatan itu. Insting merupakan jiwa pertama yang membentuk akhlak. Oleh karena itu, sifat ini perlu dididik dengan menolak atau menerima suatu perbuatan.
2.      Pola Dasar Turunan (Bawaan)
Sifat anak mewarisi sifat dari kedua orang tua mereka,sama seperti yang dikatakan dalam pepatah arab (mahfuzot),”buah jatuh tidak jauh dari pohonnya”.maksudnya adalah, bahwa sifat orang tua akan diwaiskan pada anaknya. Akantetapi ada pula juga menjaga kepribadiannya dengan beberapa sifat yang tertentu, dan tidak dicampuri oleh kedua orang tuanya. Sifat yang membedakan tersebut ialah warna, perasaan, dan akhlaknya. Sifat-sifat tertentu ini akan diwarisi oleh-orangg-orang yang akan dating dengan dapat memelihara kepribadiannya.
3.      Lingkungan
Lingkungan ada 2 macam yaitu alam dan pergaulan
1)      Lingkungan positif-negativ
Yang mana di dalam suatu lingkungan terdapat kebaikan (ibroh), dan ada pula yang mencengkang,di situ pula seseorang dapat menentukan sikapnya masing-masing, kepositifan ataukah kenegatifan.
2)      Lingkungan Pergaulan
Dengan siapa seseorang bersosialisasi, berinteraksi dan beraktivitas dalam kehidupannya akan mempengaruhi sifat seseorang. Jika ia tidak dapat mengendalikan dirinya dari lingkungan tersebut, maka ia akan mudah terbawa ke dalam pola kehidupan yang demikian.

4.      Kebiasaan
Kebiasaan ialah perbuatan yang diulang-ulang sehingga mudah dikerjakan bagi seseorang. Seperti kebiasaan berjalan, berpakaian, mengajar, dan lain sebagainya.
5.      Kehendak
Perbuatan hasil dari suatu kehendak mengandung:
·         Perasaan
·         Keinginan
·         Perimbangan
·         Azam yang disebut dengan kehendak
6.      Pendidikan
Pendidikan sangat besar pengaruhnya terhadap perubahan akhlak seseorang. Semula, anak belum tahu perhitungan, setelah memasuki dunia pendidikan, ia pun akan  mengetahui. Kemudian dengan bekal ilmu tersebut, ia akan memiliki wawasan yang luas dan diterapkan kepada tingkah laku ekonomi. Sama halnya dengan apabila mereka diajarkan bersikap terhadap sesama manusia dan pecipta-Nya, maka ia akan membentuk akhlak sesuai yang diajarkannya.

BAB V
Kebebasan, Tanggung Jawab dan Hati Nurani

1.      Kebebasan
Perbuatan seseorang akan bermakna apabila yang bersangkutan bertanggung jawab atas apa yang ia lakukan dan yang tidak dilakukan. Dengan demikian, kebebasan tidak dapat lepas dari tanggung jawab atas semua tingkah lakunya, sehingga menjadi jelas bahwa orang yang dimintai tanggung jawab ialah orang yang berbuat sesuatu dengan kebebasan yang dimiliki.
2.      Tanggung Jawab
Allah berfirman dalam surat Al-Qiyamah: 36, yang di dalamnya bermakna bahwa manusia dijadikan Allah dengan dibekali alat yang sempurna dari makhluk lain. Tindakan dan perbuatannya akan dihisab oleh Allah SWT baik itu besar atau kecil, baik ataupun buruk. Maka manusia tidak boleh berbuat dengan sesuka hati, pikiran dan perasaan.Secara tersirat zohir maupun batil, ayat di atas menghimbau kepada setiap manusia untuk bertanggung jawab atas perbuatannya.
3.      Hati Nurani
Suatu kekuatan yang berfungsi untuk memperingatkan, dan mencegah dari perbuatan yang buruk, atau kekuatan yang mendorong berbuat baik, perasaan tidak senang apabila telah berbuat jelek dan menyesalinyamenunjukkan bahwa di dalam diri manusia terdapat hati nurani.

BAB VI
Hak, Kewajiban dan Keutamaan

1.      Hak
Sesuatu yang diterima setelah manusia diberatkan oleh kewajiban disebut hak.
Ada beberapa hak yang dimiliki oleh manusia antara lain :
                    I.            Hak Hidup
                  II.            Hak Kemerdekaan
                III.            Hak Memiliki
                IV.            Hak Mendidik
                  V.            Hak Wanita
2.      Kewajiban
Kewajiban adalah suatu tindakan yang harus dilakukan bagi setiap manusia dalam memenuhi hubungan sebagai makhluk individu, sosial dan makhluk Tuhan.
3.      Keutamaan
Keutamaan merupakan akhlak yang baik, Orang utama ialah orang yang mempunyai akhlak yang baik yang membiasakan memilih perbuatan yang sesuai dengan apa yang diperintahkan oleh akhlak, sehingga keutamaan merupakan sifat jiwa sedangkan kewajiban hanya sifat luar.

BAB VII
Akhlak Islami dalam Kaitannya denganStatus Pribadi

1.      Sumber dan Ciri-ciri Akhlak Islam
Ciri-ciri akhlak Islamiyah yaitu:
·            Kebajikan yang mutlak
·            Kebaikan yang menyeluruh
·            Kebajikan yang eksak (pasti)
·            kearifan
·            Kewajiban yang dipatuhi
·            kemantapan
·            Pengawasan yang menyeluruh
Akhlak Islami mengatur dan membatasi kedudukan atau status pribadi manusia di antaranya ialah:
*         Hamba Allah
*         Anak
*         Ayah/Ibu
*         Anggota Mayarakat
*         Jama’ah
*         Da’i/Mubaligh
*         Pemimpin
2.      Pribadi sebagai Hamba Allah
Secara moral manusiawi, manusia mempunyai kewajiban kepada Allah sebagai khaliknya yang telah memberi kenikmatan yang tak terhitung jumlahnya,serta menjalankan perintah-Nya serta mnjauhi segala larangan-Nya
3.      Pribadi sebagai Anak
Dunia anak sangat penting untuk diberikan pendidikan, karena jika mereka tidak mengenal akhlak, maka akan semakin banyak tindak kriminalitas yang terjadi.

4.      Akhlak pada Ayah dan Ibu
Ibu dan Ayah adalah kedua orang tua yang amat besar jasanya untuk seorang anak, ibu telah mengandung, melahirkan, menyusui dan merawatnya hingga dewasa sedangkan ayah bekerja keras untuk mencari nafkah juga untuk kehidupan keluarganya.
5.      Akhlak kepada Anggota Masyarakat atau Jama’ah
“Kewajiban seorang muslim terhadap muslim ada 6 yaitu: apabila engkau berjumpa dengannya maka ucapkanlah salam kepadanya, apabila ia mengundang engkau, hendaklah engkau menepatinya, apabila ia meminta nasihat kepada engkau hendaklah engkau menasihatinya, apabila ia bersin kemudian ia mengucapkan hamdallah hendaklah engkau ucapkan tasymith (yarhamukallah/yarhamukillah), apabila ia sakit, hendaklah engkau menjenguknya, dan apabila ia meninggal dunia hendaklah melayatnya dan mengantarkan kepemakamannya.” (HR. Bukhari)
6.      Akhlak Da’i
Menurut Jamaluddin Kafie, sebagai Da’i harus memiliki prinsip-prinsip kepemimpinan yang baik yaitu:
1)      Sifat terbuka
2)      Berani berkorban
3)      Aktif berpartisipasi dalam masyarakat
4)      Sanggup menjadi pelopor dan perintis bagi kebajikan
5)      Mengembangkan sifat-sifat kooperatif, kemanusiaan dan toleransi serta kebijaksanaan dan keadilan sosial
6)      Tidak menjadi parasite atau membebeani masyarakat
7)      Percaya diri dan yakin akan kebenaran yang dibawanya
8)      Optimisme dan tidak mudah putus asa
7.      Akhlak Pemimpin
Pemimpin harus mampu bertanggung jawab atas apa yang dipimpinnya, menurut Islam, semua pemimpin akan dimintai pertanggugjawabannya. Pemimpin keluarga bertanggung jawab atas kesejahteraan keluarganya, pemimpin Negara akan dimintai tanggung jawab oleh rakyatnya dan lain sebagainya.

8.      Akhlak Mahmudah dan Mazmumah
Akhlak Mahmudah merupakan sifat-sifat terpuji yang dimiliki oleh manusia, seperti jujura, amanah, pemaaf, sabar, kuat dsb. Sedangkan Akhlak Mazmumah merupakan sifat-sifat tercela manusia seperti egois, dusta, pemarah dengki dsb.
BAGIAN 2 TASAWUF
BAB I
Tasawuf

Secara Etimologi (bahasa) kata Tasawuf berasal dari bahasa Arab yang berarti berbulu yang banyak dengan maksud di dalamnya ialah menjadi sufi yang ciri khas pakaiannya selalu terbuat dari bulu domba (wol). Sementara pengertian atau definisi dari tasawuf dilihat dari segi istilah (terminologi) ialah melakukan ibadah kepada Allah dengan cara-cara yang telah dirintis oleh Ulama Sufi yang disebutnya sebagai suluk untuk mencapai suatu tujuan, yaitu ma’rifat kepada alam yang ghaib, mendapatkan keridhaan Allah serta kebahagiaan di akhirat.
Pada hakikatnya, tasawuf merupakan perpindahan sikap mental, keadaan jiwa dari suatu keadaan kepada keadaan lain yang lebih baik, lebih tinggi dan lebih sempurna. Maka dari itu tasawuf bertujuan untuk memperoleh suatu hubungan khusus dengan langsung dari Tuhan . Hubungan yang dimaksud yaitu mempunyai makna dengan penuh kesadaran bahwa manusia sedang berada di hadirat Tuhan. Kesadaran tersebut akan menuju kontak komunikasi dan dialog antara ruh manusia dengan Tuhan. Orang yang bertasawuf kepada Allah SWT dinamakan sufi.

BAB II
Mahabbah

Mahabbah artinya cinta, yang dimaksud dengan cinta ialah cinta kepada Allah SWT. Pengertian Mahabbah secara lebih luas lagi antara lain :
1.      Memeluk dan membenci sikap yang melawan pada Tuhan
2.      Berserah diri kepada Tuhan
3.      Mnegosongkan perasaan di hati dari segala-galanya

Dalam ajaran tasawuf, Mahabbah dikaitkan dengan ajaran yang disampaikan oleh deorang sufi wanita bernama Rabiah Al’Adawiah. Mahabbah adalah paham tasawuf yang menekankan pada perasaan cinta kepada Tuhan. Tuhan bukanlah suatu zat yang harus ditakuti, tapi sebaliknya sebagai zat yang harus didekati dan dicintai. Untuk dapat mencintai dan mendekat Tuhan, maka seseorang harus banyak melakukan peribadahan dan meninggalkan kesenangan duniawi.

BAB III
Ma’rifah

            Secara bahasa, Ma’rifah berasal dari kata “Al-Ma’rifah” yang bararti mengetahui sesuatu. Apabila dihubungkan dengan pengamalan Tasawuf, maka istilah disini berarti mengenal Allah ketika sufi mencapai suatu maqam dalam tasawuf.
Beberapa tanda yang dimiliki oleh seorang sufi bila telah sampai kepada tingkatan ma’rifah antara lain :
a.      Selalu memancar cahaya ma’rifah padanya dalam sikap dan perilakunya, karena itu sifat wara selalu ada pada dirinya.
b.      Tidak menjadikan keputusan kepada sesuatu yang berdsarkan fakta yang bersifat nyata, karena hal-hal yang nyata menurut ajatan  tasawuf belum tentu benar.
c.       Tidak menginginkan nimat Allah yang banyak buat dirinya, karaena hal itu biasa membawanya kepada perbuatan yang haram.
Untu mendapatkan suatu ma’rifah, kaum sufi harus melalui jalan yang sudah ditempuh dengan mempergunakan suatu alat di antaranya:
a.      Qalb    : Fungsinya untuk mengetahui sufat Tuhan
b.      Ruh      : Fungsinya untuk dapat mencintai Tuhan
c.       Sir        : Fungsinya untuk melihat Tuhan

BAB IV
Fana dan Baqa

            Fana berasal dari bahasa Arab yang artinya hilang, atau hancur. Fana merupakan proses penghancuran diri bagi seorang sufi untuk dapat bersatu dengan Tuhan. Sedangkan kata Baqa juga berasal dari bahasa Arab yang berarti tetap atau terus hidup. Baqa adalah sifat yang mengiringi dari proses fana dalam penghancuran diri untuk mencapai ma’rifah. Perlu diketahui bahwa untuk mencapai ma’rifah, seotang sufi harus menghancurkan diri terlebih dahulu. Proses penghancuran diri inilah dalam tasawuf berarti fana yang diiringi oleh baqa.
            Dalam pelambangan Tasawuf, yang dipandang sevagai tokoh utama memunculkan persoalan fana dan baqa adalah Abu Yazid Al Bustamilah. Salah satu pahamnya yang dianggap sebagai tumbulnya fana dan baqa ialah “Aku tahu pada Tuhan melalui diriku, hingga aku hancur, kemudian aku tahu padanya melalui dirinya, maka akupun hidup.”.
Abu Yazid ialah salah seorang sufi yang telah melewati Ma’rifah. Dia mencapai Fana dan Baqa yang kemudian “Ittihad” bersatu dengan Tuhan. Dia wafat pada tahun 874 M.

BAB V
Ittihad dan Hulul

            Ittihad merupakan tingkatan tasawuf seorang sufi yang telah merasa dirinya bersatu dengan Tuhan. Ittihad merupakan suatu tingkatan dimana yang mencintai telah menjadi satu dengan yang dicintai. Kemudian mereka dapat memanggil satu sama laindengan perkataan “Hai Aku”. Abu Nasr Al-Tusi di dalam bukunya yang berjudul “Al-Luma” mengatakan bahwa Hulul ialah paham yang mengatakan bahwa Tuhan memilih tubuh-tubuh manusia tertentu untuk mengambil tempat di dalamnya, setelah sifat-sifat kemanusiaan yang ada dalam tubuh itu dilenyapkan. Sedangkan menurut Al-Hallaj, Allah memiliki dua sifat ketuhanan yaitu “Lahut” dan kemanusiaan “Nasut”
            Penyebar dan pembawa ajaran Ittihad dalam tasawuf ialah Abu Yazid Al- Bustam. Ia lahir di Bistam, Persia pada tahun 874 M dan meninggal dalam usia 73 tahun. Dalam masa hidupnya ia senantiasa ingin dekat dengan Tuhan. Ia memberi jalan bagaimana supaya dapat dekat dengan Tuhan. Dia menjelaskan suatu malam dia bermimpi dengan berkata “Tuhanku, apa jalannya untuk sampai kepada-Mu? Dia menjawab, Tinggalkan dirimu dan datanglah”.
Setelah mengetahui proses pendekatan diri kepada Allah, melalui fana ia meninggalkan dirinya kepada Tuhan. Keberadaan dirinya dapat dilihat dari syatahat yang diucapkan, “Aku tidak heran melihat cintaku padaMu karena aku hanyalah hamba yang hina, tetapi aku heran melihat cintaMu padaku, karena engkau adalah raja mahakuasa”. Itulah ucapan yang dikeluarkan oleh seorang sufi pada permukaan ia berada di gerbang pintu Ittihad.

BAB VI
Wahdah Al-Wujud dan Insan Kamil

            Kata Wahdah Al Wujud berarti kesatuan wujud. Pokok persoalan dari Wahdah Al wujud ialah bahwa yang sebenarnya behak mempunyai wujud adalah satu yaitu Tuhan dan wujud selain dari tuhan ialah wujud bayangan. Sedangkan Insan Kamil berarti manusia yang sempurna, yang dimaksud dengan sempurna ialah sempurna dalam hidupnya. Umat Islam sepakat bahwa di antara manusia, Nabi Muhammad SAW ialah manusia yang paling sempurna. Selama hayatnya, segenap perikehidupan beliau menjadi tumpuan perhatian masyarakat, karena segala sifat terpuji terhimpun dalam dirinya, bahkan beliau merupakan lautan budi yang tidak pernah kering airnya.

BAB VI
 Tariqat

            Kata Tariqat berasal dari kata At-Tariq (jalan) menuju kepada hakikat, atau dengan kata lain pengamalan syariat yang disebut “Al-Jara” atau “Al-Amal”. As Syeikh Muhammad Ami Al-Murdiy mengemukakan pendapat mengenai definisi dari Tariqat antara lain bahwa Tariqat ialah menjauhi larangan dan melakukan perintah Tuhan sesuai dengan kesanggupannya, baik larangan dan perintah yang nyata maupun yang tidak (batin). Dari pengertian Tariqat tersebut, maka Tariqat itu dapat dilihat dari dua sisi yaitu amaliyah dan perkumpulan atau organisasi. Sisi amaliyah merupakan latihan kejiwaan (kerohanian) baik yang dilakukan oleh seseorang, maupun secara bersama-sama, dengan melalui aturan-aturan tertentu untuk mencapai suatu tingkatan kerohanian yang disebut “Al-Maqamat” dan “Al-Ahwal”, meskipun kedua istilah ini ada segi perbedaannya. Latihan kerohanian  itu sering juga disebut dengan “suluk” maka pengertian tariqat dan suluk itu sama bila dilihat dari segi amalannya. Namun jika dilihat dari segi perkumpulannya (organisasi) tentu saja pengertian tariqat dan suluk tidak sama.
















MANFAAT BUKU
 Manfaat buku ini bagi penulis ialah
1.      Mendapatkan ilmu mengenai sifat yang terkandung dalam jiwa manusia (Akhlak)
2.      Memperoleh pengetahuan mengenai sejarah perkembangan pemikiran Akhlak
3.      Mengetahui hak dan kewajiban manusia sebagai pribadi, masyarakat  dan sebagai makhluk Allah SWT  serta dapat membedakannya.
4.      Mengetahui Akhlak yang harus terkandung dalam jiwa Da’i dan Pemimpin
5.      Mengetahui apa saja yang termasuk dalam  akhlak Mahmudah dan akhlak mazmumah
6.      Mendapatkan ilmu mengenai cara-cara mendekatkan diri kepada Allah SWT (Tasawuf)
7.      Berusaha mempraktekkan ilmu yang di dapat dalam kehidupan sehari-hari

KOMENTAR KRITIS
          Sebenarnya buku ini sudah mendekati sempurna, namun ada beberapa kekurangan yaitu cover yang kurang menarik da nada beberapa bahasa atau istilah yang terlalu sulit dimengerti pembaca.Baiknya pengarang menggunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh pembaca.

KESIMPULAN
   Bahwasannya banyak cara yang kita dapat pelajari dalm ilmu tasawwuf, bermacam-macam akhlak atau sifat yang ada pada diri sesorang, dalam pembahasan kali ini kita dapat  banyak mengambil kesimpulan yang mutlak, di setiap manusia pasti memiliki keterkaitan yang mengan dung akhlak,kita diwajibkan untuk mendambakan serta meneladani sikap tersebut sama seperti para suffi,yang mana kebanyakan para suffi memiliki aklak tasawwuf salah satunya dengan mengingat Allah SWT.
   Kita juga sebagai umat nabi Muhammad SAW harus meneladani sifat beliau,karena berkat beliaulah kita menjadi umat yang sejahterah, dan harus saling bekerja sama dengan agama yang lain.

1 komentar: